Kelor merupakan tumbuhan lokal asli Indonesia yang kaya akan klorofil (Limantara, 2007)
sehingga memiliki potensi sebagai pewarna hijau. Selain itu klorofil berfungsi sebagai desinfektan
dan antibiotik, bahkan sebelum adanya obat-obatan sintetis. Daun kelor merupakan bahan makanan
yang mengandung fitoserol, dengan kadar B-Sitoserol 3644,44 μg/g, Kampesterol 1261,27 μg/g dan
Stigmasterol 8363,91 μg/g (Mutiara, 2011). Dalam penggunaanya biasanya bahan pewarna alami
kurang awet sehingga akan mengalami ketidakstabilan baik pada penyimpanan maupun pada hasil
olah hidangan. Daun kelor dapat dimanfaatkan menjadi ekstrak atau tepung adalah salah satu solusi
untuk memperpanjang daya simpan dan agar dapat lebih banyak lagi digunakan sebagai
penganekaragaman produk (Mutiara, 2014). Salah satu produk yang dapat disubtitusi dengan
ekstrak daun kelor adalah mie tempe.
Mie tempe adalah salah satu produk mie yang mensubtitusi tepung tempe dengan dengan tepung
terigu sebagai mie sehat (Siti Maryam, 2016). Hal ini menjadikan mie tempe sebagai bahan pangan
yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai bahan makanan yang sehat dan bergizi.Mie
pelor memproduksi mie yang kaya gizi yang berasal dari tempe dan kelor. Tempe mengandung
protein dan kelor mengandung anti oksidan yang tinggi.
TUJUAN: Pertama, memproduksi mie yang kaya gizi yang berasal dari tempe dan kelor. Tempe
mengandung protein dan kelor mengandung anti oksidan yang tinggi.Mie Pelor di maksudkan untuk
membantu program pemerintah untuk menurunkan jumlah anak stunting di Indonesia. Kadar gizi
yang tinggi dari mie pelor dapat mengurangi resiko stunting pada anak. Mie Pelor ini berbeda dari
mie biasa karena kadar gizinya yang jauh lebih tinggi dengan rasa yang enak dan harga yang
terjangkau.
Kedua, meningkatkan pendapatan ibu-ibu rumah tangga dan petani kelor. Mie Pelor memiliki
potensi pasar yang tinggi karena mayoritas anak dan remaja di Indonesia menyukai mie. Dengan
jumlah populasi di Indonesia sampai dengan 250 juta jiwa maka potensi pemasaran mie pelor
menjadi cukup besar. Kadar gizi yang tinggi akan mempengaruhi ibu-ibu untuk memilih mie pelor
dibandingkan mie biasa.
OUTPUT: Output dari kegiatan CPPBT ini antara lain: HAKI mie tempe kelor, ijin PIRT mie
pelor, pameran untuk promosi mie pelor, produk mie pelor. Dengan bantuan program CPPBT ini,
mie pelor akan di produksi dengan kapasistas lebih besar, dan dipasarkan dengan tiga cara yaitu: (1)
pemasaran di tempat dengan membuka café mie pelor; (2) pemasaran konvensional dengan
bekerjasama dengan pemilik toko, PAUD dan di pasar tradisional; (3) pemasaran online. Outcome
kegiatan yang dihasilkan adalah usaha MIE PELOR yang mampu meningkatkan pendapatan ibu
rumah tangga dan petani kelor serta membantu pemerintah meningkatkan gizi masyarakat
Indonesia.